Senin, 24 Juni 2013

Menjadi Muslim Yang Bermanfaat

“Dan Tuhan-Mu memahyukan kepada lebah : “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan tempat yang dibikin manusia.“ Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-Mu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS an-Nahl [16] : 68-69).
 
 

Ada dua pertanyaan yang seyogianya mengiringi kepergian kita. Pertanyaan pertama untuk mengiringi kepergian kita menuju kematian yang sementara (tidur) dan yang kedua, kematian yang sesungguhnya dengan terlepasnya ruh dari jasad. Yakni, “Kebajikan apa yang sudah kau lakukan untuk Tuhan-Ku?” dan “Kebajikan apa yang sudah kau lakukan untuk manusia?”

Dua pertanyaan tersebut akan menjadi suatu hal yang sangat mendasar, karena dengan adanya dua hal tersebut kita dalam setiap hari akan mempunyai motivasi positif dalam hidup; pengabdian kepada Allah SWT dan perbuatan baik bagi manusia.

Selanjutnya, apa yang telah kita lakukan hendaklah dimulai dengan nama Allah-didasari oleh semangat melaksanakan anjuran Allah dan dipersembahkan kepada Allah. Pada dasarnya, kebaikan apapun yang dilakukan karena mengikuti anjuran Allah merupakan wujud kebaikan universal yang bermanfaat kepada diri sendiri dan juga manusia banyak. Kita harus bertanggung jawab kepada diri sendiri dengan memelihara diri dari kebinasaan. Kesehatan dan kelangsungan hidup kita misalnya adalah merupakan amanat yang Allah berikan kepada kita yang harus kita jaga sebaik mungkin serta kita syukuri dengan melakukan hal-hal yang terbaik bagi kebaikan bagi diri sendiri sebagai bentuk tanggung jawab kepada diri sendiri dan Allah.

Selain itu kita juga harus menjalankan sebaik mungkin apa yang menjadi tugas kita sebagai bentuk tanggung jawab kita kepada diri sendiri, instansi dan Tuhan. Kita juga mempunyai tanggung jawab bersama (tanggung jawab sosial) dengan melakukan yang terbaik bagi orang lain tanpa mengabaikan urusuan pribadi.

Semangat ajaran Islam mengajak kaum Muslim agar menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia lainnya, bukan hanya kepada diri sendiri dan bagi umat Muslim saja. Bahkan manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya adalah predikat tertinggi dalam Islam. Nabi Muhammad saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Jumat, 21 Juni 2013

Meminta Dengan Tergesa-Gesa

“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku.” (QS. Al-Anbiya [21] : 37).

 
 
Mengapa kita sering tergesa-gesa ketika beribadah. Sholat kita kerjakan tak lebih dari dua menit.  Sedangkan makan di warteg bisa kita habiskan hingga satu jam lebih. Kita sering mengulur waktu untuk membayar hutang, namun begitu memaksa ketika berdoa kepada-Nya. Meminta segunung doa dan keinginan kita, segera dikabulkan detik itu juga. Menyedihkan!

Ketergesaan hanya akan melahirkan keputusasaan. Bisa membuat orang berhenti dari berdoa, dan hasil akhirnya adalah kefuturan. Tergesa-gesa adalah sifat manusia yang hendak mendahului takdir. Sikap ini juga, seringkali menghinggapi ibadah-ibadah kita, sarana kita meminta dan memohon. Dan keadaan ini dapat kita kenali pada hal-hal berikut.

Terlalu mengejar target

                Misalnya, terihat ketika menjalani ibahda puasa di bulan Ramadhan. Ketika menjalani ibadah ini, yang di dalamnya juga kita disunnahkan mendirikan sholat tarawih dan qiyamul lail ataupun membaca Al-Qur’an, kita dapati kebanyakan dari kita tergesa-gesa. Kita tidak memperhatikan kesempurnaan berdiri, rukuk, dan sujud yang kita lakukan, seperti juga tidak terlalu peduli tentang kesempurnaan tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca.

Terjebak pada cara instan

                Perkembangan dunia yang semakin maju, menjadikan sesuatu yang dahulu bisa diselesaikan dalam waktu sebulan, hari ini hanya butuh dua atau tiga hari saja. Begitu juga dengan memberikan materi keIslaman yang dibuat dengan ringkas dan padat.

                Padahal, seorang Abdullah bin Mas’ud yang terkenal cerdas, harus mempelajari Al-Baqarah selama 10 tahun. Ini menunjukkan bahwa belajar agama tidak bisa instan.

Lelah menunggu jawaban

                Berdoa adalah ibadah yang disyariatkan kepada kita, tetapi jawabannya adalah hak Allah swt. Jika ternyata jawaban itu belum datang, hendaknya kita berprasangka baik kepada-Nya. Mungkin kita belum ikhlas, atau barangkali masih ada dosa yang belum kita taubatkan kepada Allah.

Melakukan di sisa waktu

                Bagi kita yang dihadapkan dengan kerja yang padat dan aktivitas yang selalu berburu waktu, seringkali kita menunaikan ibadah secara terburu-buru. Entah bersegera melakukannya agar tidak terlambat bekerja atau mengakhirkannya di ujung waktu yang tersisa karena memprioritaskan pekerjaan yang belum selesai.

                Mari kita mengoreksi diri, seberapa tergesa ibadah kita?

Bila Badan Terasa Lelah

Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman : 29-30)


Rasa lelah mungkin merupakan salah satu beban yang memberatkan langkah kita, dalam upaya kita melanjutkan kehidupan, mengejar cita-cita, memperjuangkan kebahagiaan. Ada beberapa karakter dari rasa lelah itu yang penting kita ketahui, demi memahamkan diri bahwa sesungguhnya, rasa lelah itu hanyalah siklus yang harus kita ketahui.


Ia tabiat yang terus berulang

                Kelelahan adalah sunnah Kauniyah, tradisi alam. Tabiat kehidupan. Ia sudah diatur sedemikian itu. Manusia diciptakan dalam serangkaian kelelahan yang mutlak harus dilalui. Allah swt sudah menegaskan dalam firman-Nya, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS Al-Balad [90] : 4).

                Rasa lelah seperti dahaga dan lapar yang datang mengiringi usaha kita menyempurnakan puasa. Rasa lelah seperti rasa kantuk datang menyerang saat Qiyamul lail di penghujung malam. Rasa lelah adalah keniscayaan.

Ia mengahpus sebagian kesalahan kita

Allah akan membalas setiap kelelahan yang kita rasakan karena memperjuangkan sesuatu untuk mempertahankan hidup kita. Allah akan mengganjar setiap tetes keringat yang membuat kita terengah-engah karena mencari ridha-Nya.

                Ini dinyatakan Rasulullah dala sabdanya, “Ada sebagian dosa manusia tidak dapat diampuni dengan melakukan sholat,puasa, zakat, haji dan umrah. Tapi dosa tersbut diampuni lantaran keprihatinannya memikirkan nafkah keluarga.” (HR. Imam Muslim).

Ia selalu mendahului kebahagiaan

                Kesuksesan di bidang apapun dan dalam hal apapun selalu dilalui rasa lelah. Hanya mereka yang memiliki semangat yang kuat, ketegaran, dan kesabaran melalui kelelahan yang silih berganti, akan menggapai kesuksesan yang besar baik di dunia maupun di akhirat.

                Siklus kelelahan yang kita rasakan setiap hari tak perlu kita sesali, karena hal tersebut akan membuat kita sehat lahir batin. Lebih karena tuntutan pekerjaan, membuat otak kita dipicu, jantung kita dipacu, dan kelenjar-kelenjar tubuh kita mengalir dengan optimal. Hasilnya, tubuh kita bertambah sehat. Makan jadi nikmat, metabolisme jadi lancar, dan tidur pun jadi lebih nyenyak.
 
 

Mengapa kita harus berpuasa?

Subhanallah, tak terasa tinggal beberapa hari lagi kita memasuki bulan suci Ramadhan. Yakni, bulan penuh berkah dan karomah dari Allah swt. Menyambut bulan suci ini, barang tentu setiap hamba-Nya merasakan kebahagiaan. Kedatangan buan ini telah ditunggu-tunggu setelah 11 bulan dilalui.
Puasa adalah kewajiban yang harus dijalankan umat Islam selama Ramadhan, selain itu puasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Sesuai dengan QS Al-Baqarah [2] ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Setidaknya terdapat empat hikmah yang membuat puasa menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Pertama, kewajiban niat- ketika niat diucapkan sungguh-sungguh maka puasa akan terasa lebih mudah. Kedua, timbul semangat kemasyarakatan karena selalu ingin berbagi makanan untuk sahur maupun berbuka puasa. Ketiga, kemampuan tubuh manusia untuk menyesuaikan diri dengan metabolisme baru, sehingga seorang tidak merasakan kelaparan di waktu siang. Keempat, bagi siapapun yang taat beribadah, pertolongan Allah akan datang untuk memudahkan ia dalam menunaikan tugas-tugasnya.
 
 

3 Tahap Bugar menuju Sholat Shubuh Berjamaah

 
Tahap pertama
 
Ingatlah Allah saat mendengar weaker(baca doa : Alhamdulillahi lladzii ahyaana ba’da maa amaatana wa ilaihi nusuur, segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikannya, dan kepada-Nya kami kembali). Walaupun ketika kita masih ngantuk berat, pastikan kita lakukan tahap yang mudah ini ! Tahap 1 ini akan melepas belenggu lilitan setan pertama.
 
Tahap kedua
Berwudhulah! Wudhu adaah hidroteraphy yang dahsyat. Ribuan syaraf penting diteraphy dengan sentuhan tangan dan rangsangan air segar pada saat kita berwudhu. Inilah saat melepas belenggu lilitan setan kedua!
Tahap ketiga
Sholatlah dua rakaat, maka lepaslah semua belenggu lilitan setan. Sabda Nabi : “...sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak (dilakukan), ia akan terbawa lamban dan malas” (HR Bukhari-Muslim).
 
“Setan melilit leher seseorang di antara kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikkan, “Nikmatilah malam yang panjang ini”. Apabila ia bangun dan mengingat Allah, maka lepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan kedua. Kemudian apabila ia sholat, lepaslah lilitan ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak (dilakukan), ia akan terbawa lamban dan malas “ (HR Bukhari-Muslim).

Favorit Pembaca Info Pendek

SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN

Pemikiran Barat atau manusia primitive              Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan menurut teori evolusionisme ada...