“Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingat Allah, mendirikan sholat, dan juga menunaikan zakat. Mereka takut
pada hari (pembalasan) yang (pada saat itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang.”
(QS
an-Nur [24] : 37)
Didalam Islam,
menjadi kaya tidak dilarang. Bahkan dalam banyak riwayat, disebutkan bahwa
banyak armada perang Rasulullah SAW yang dibiayai oleh sahabat-sahabat rasul
yang kaya raya. Sebut saja Abu Bakar as Shiddiq, Umar ibn Khattab, Usman bin
Affan, Abdurrahman bin Auf. Semuanya tak tanggung-tanggung dalam memberikan
bantuan untuk membiayai logistik perang.
Islam pun mencintai kaum mukmin yang
kuat, baik secara fisik, mental, pikiran hingga kuat dalam segi finansial. Sehingga
adalah hal aneh bila kemudian mukmin dilarang kaya, karena dikhawatirkan akan
melenakan mereka.
Bukanlah harta
yang melenakan, melainkan sikap mental yang tidak siap dengan harta yang
sedemikian banyak hingga menenggelamkan hati mereka kepada kecintaan terhadap
harta benda dan dunia. Ingatlah pesan Imam Ali ra. Yang menyebutkan cukuplah
harta berada dalam genggaman (kekuasaan) saja, tidak perlu sampai masuk ke
dalam hati. Berikut dibawah ini beberapa rambu yang bisa menjadi pedoman kita,
bagaiman caranya menuntut harta dengan baik, sehingga berkah dan jauh dari
laknat Allah SWT.
Carilah Rezeki dari yang halal
Carilah
rezeki yang halal dalam hidup, karena dengan kekayaan yang halal akan
menenteramkan hati kita juga. Sebaliknya, jika kita tidak mendapatkannya dengan
sesuatu yang halal, maka biasanya akan membuat hidup kita di masa yang akan
datang menjadi penuh masalah dan beban moral di kemudian hari.
Harta
yang halal akan mendatangkan keberkahan. Keberkahan di dunia lebih-lebih lagi
buah keberkahan yang akan dirasakan nanti diakhirat.
Menyambung tali silaturahmi
Sering-seringlah
berkunjung ke sanak saudara, baik saudara dekat maupun saudara jauh, karena
silaturahmi akan melancarkan pintu rezeki bagi setiap umat yang menjalaninya. Rasulullah
SAW bersabda, “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya, atau
ditunda umurnya, maka hendaknya ia bersilaturahmi” (Muttafaqun ‘alaih)
Bekerja saat Pagi Hari
Ini
mungkin mengingatkan kita dengan petuah orang-orang tua dahulu. Bangunlah di
saat pagi hari, carilah rezekimu ketika matahari mulai terbit. Agar rezekimu
tidak dipatok ayam. Walau terdengar seperti guyonan, namun ajaran moral yang
terkandung di dalamnya sangat tinggi. Kita dianjurkan untuk bersegera
beraktivitas di pagi hari, terutama sesusai sholat Subuh. Karena saat itu,
banyak malaikat Allah yang berdoa di langit, untuk hamba Allah yang telah
bangun dan menunaikan Sholat Subuh di awal waktu.
Saat
pagi hari adalah saat yang tepat untuk memulai mencari rezeki, karena pada saat
itu kita dalam kondisi segar dan bersemangat. Sehingga bisa secara optimal
mengurai setiap celah-celah rezeki yang telah Allah sebar ke seluruh penjuru
negeri.
Bekerja mencari rezeki dengan hati yang Qanaah
Apa
itu Qanaah? Artinya merasa cukup. Apakah cukup itu sama di antara sekian banyak
orang? Belum tentu. Dengan demikian setiap orang bisa menafsirkannya sesuai
dengan kebutuhan standar dan perencanaan untuk jangka ke depan. Yang pasti,
qanaah di sini diartikan sebagai bentuk menahan diri untuk tidak diliputi
ambisi yang menjadi-jadi sehingga bisa merubah menjadi serakah.
Kita
harus mengingat, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Ketika ambisi sudah
membuka pintu keserakahan, maka hilang semua keberkahan. Karena yang ada hanyalah
pemenuhan kebutuhan yang tiada habisnya. Yang pada akhirnya mampu mengubah
seseorang mendaji zhalim dalam tindakan berangkai berupa menunda, menahan,
mengambil hak orang lain bahkan sampai kepada tindakan menjegal.
Ketahuilah,
sesuatu yang instan yang didapat dengan cara yang sangat cepat, itu jarang
sekali yang bertahan lama, ataupun sering mengalami kegagalan. Maka, carilah
rezeki itu dengan hati yang tulus, ikhlas, dan senang. Janganlah terlalu berambisi,
karena orang yang sangat berambisi cenderung dapat berbelok ke jalan yang tidak
benar dan menghalalkan segala cara. Ibarat ilmu, semua butuh proses dan
pengalaman.
Bertaubat dari segala perbuatan dosa
Taqwa
mengundang rezeki, maksiat menghambatnya. Begitulah, saat kita mulai merasa
sedang berkubang maksiat, segeralah bertaubat kepada ampunan Allah. Tiada yang
bisa mendatangkan manfaat, selain Allah. Dan tiada pula yang dapat mencegah
kebangkrutan kecuali atas izin Allah Swt.
Jauhkanlah
diri dari perbuatan yang dilaknat oleh Allah. Jika kita bertaubat, maka Insya
Allah pintu rezeki pun juga dapat terbuka lebar. Jika kita memiliki hati yang
lurus, perbuatan yang lurus, maka proses menjadi kaya pun juga menjadi lurus.
Membayar zakat dan sedekah
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah”
(QS Al Baqarah [2] : 276). Firman Allah tersebut jelas menunjukkan bahwa
sedekah sangat bernilai harganya. Sedekah kepada orang lain bernilai 10, kepada
orang yang kita kenal bernilai 100, kepada sanak saudara 1000. Sering-seringlah
sedekah dan melaksanakan zakat. Semakin kita banyak memberi, maka insya Allah
kita juga akan semakin banyak menerima rizki dari-Nya.
Mensyukuri segala nikmat
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)
maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim : 7). Ayat tersebut
bermakna bahwa kita hendaknya senantiasa mensyukuri nikmat dan rezeki yang
telah diberikan Allah kepada umatnya. Rezeki, baik itu banyak ataupun sedikit
jumlahnya, harus senantiasa kita syukuri dan nikmati segala nikmat yang kita
punya. Sungguh kenikmatan yang diberikan oleh-Na sangat banyak dan sangat
berarti, dan kita sebagai manusia wajib untuk mensyukurinya. Namun, menjadi hal
yang sangat menyedihkan bila sudah hidup pas-pasan, namun syukur pun jarang
dilakukan.